Gagal SNMPTN, Lomba, Beasiswa. Tidak Apa-Apa!
-Lomba-
Menjadi seorang mahasiswi di sebuah Universitas ternama di kota pempek yaitu Universitas Sriwijaya, merupakan suatu kebanggaan. Iya, aku tinggal dan dibesarkan di Palembang, tempat dimana Jembatan Ampera diatas Sungai Musi. Dan sekarang aku memasuki semester 7, Jurusan Teknik Sipil. Untuk ukuran gadis teknik aku cukup tangguh, karena bisa survive sampai sejauh ini.
Kilas balik kehidupanku sebelum sampai pada saat sekarang. Dulu, bermimpi pun aku tak pernah untuk menjadi anak teknik sipil. Walaupun, sebenarnya aku sangat menyukai pelajaran berhitung semasa sekolah menengah atas, tetapi sejak kecil aku selalu bercita-cita menjadi seorang dokter. Cita-cita sejuta umat ya.
Hal itu mungkin juga dipicu dengan ibu ku yang seorang dokter, sehingga memotivasi diri ini untuk menjadi seperti beliau juga. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Apapun yang kujalani sekarang, aku percaya Tuhan punya rencana yang sangat indah nantinya, termasuk saat aku mengalami banyak kegagalan.
Kata gagal mungkin sudah menjadi separuh bagian dalam hidupku. Mulai dari gagal lulus SNMPTN kedokteran sampai gagal mengikuti lomba yang telah menghabiskan uang jajan ku bahkan gagal mengikuti tes beasiswa berkali-kali dan lainnya.
Baca Juga: Gagal SBMPTN Sampai Akhirnya LOLOS PTN 2016 [Inspirasi]
Menghadapi kegagalan tersebut, selayaknya seorang manusia, aku sempat terpuruk, menganggap dunia ini seakan-akan telah hancur, mensugestikan bahwa diri ini tidak berguna dan sebagainya. Merasakan sempat jatuh, terkadang ada perasaan malu didalamnya. Tapi, aku tidak sendiri, setelah aku mencoba untuk bangkit dan berpikir positif ternyata kebaikan-kebaikan itu pun datang.
Seperti saat aku tidak lulus SNMPTN, dan waktu itu semua teman-teman ku lulus, membuat aku semakin sedih dan sangat sangat malu, karena sebenarnya nilai-nilai ku tidak terlalu buruk dan semasa SMA aku selalu juara kelas, sempat marah pada Tuhan, sempat bertanya “Ya Tuhan salah aku apa ya?”. Selepas aku menangis sejadi-jadinya, ternyata teman-teman ku menelpon satu persatu datang memberi kekuatan, aku pikir itu adalah hal wajar. Sampai saat aku masuk untuk persiapan bimbel, sedih rasanya harus belajar dengan kondisi kelas yang pastinya sepi. Tetapi, saat aku masuk kelas, betapa aku terkejut, teman-teman ku yang telah lulus SNMPTN, tetap datang ke tempat bimbel. Disitu aku sangat bingung, kenapa mereka harus capek-capek ikut bimbel, padahal sudah jelas diterima di universitas yang mereka inginkan. Ternyata, mereka sengaja untuk datang dan menemani aku sampai akhirnya aku mengikuti SBMPTN. Disana aku merasakan nilai positifnya, Tuhan memang punya rencana yang indah dan memberikan orang-orang yang terindah dalam hidupku.
Tidak sampai disitu, ternyata gagal itu terus menerus datang. Tetapi berbeda kondisinya. Semasa kuliah, aku pernah gagal dalam mengikuti tes beasiswa. Banyak beasiswa yang pernah aku ikuti, mulai dari Djarum, Pertamina, dan bahkan beasiswa dalam kampus yaitu beasiswa PPA pun aku gagal. Nilai ku tidak terlalu buruk, indeks prestasi ku juga selalu cumlaude, organisasi ku berjalan tanpa ada kendala, dan aku tidak tau apa yang membuat aku gagal. “Tidak apa-apa” itu kalimat yang pernah aku ucapkan saat mengetahui kegagalan tersebut. Tidak hanya itu, aku pernah gagal berkali-kali dalam mengikuti lomba essai. Dan untuk mengikuti lomba tersebut aku bahkan menyisihkan uang jajan ku, tetapi gagal ya tetaplah gagal. “Tidak apa-apa”.
Wah. Banyak banget ternyata kegagalan yang aku alami haha. Baru sadar saat menuliskannya seperti ini, tetapi ini mengasyikkan. Menghadapi kegagalan demi kegagalan, membuat aku mampu menarik kesimpulan bahwa Tuhan ingin aku semakin bermesraan dengan Nya, memohon doa disetiap tangisku membuat aku harus curhat dan mengadu. Selain itu, memotivasi diri dan pastinya semakin menjadi manusia yang kuat, ga cengeng, lebih sayang orang tua lebih sayang keluarga dan teman (ini serius) ga tau kenapa kalo gagal itu butuh orang yang bener-bener ngertiin kita buat dicurhatin selain Tuhan dan tau ga sih merasakan atmosfir berjuangnya itu yang paling menyenangkan, kedengerannya useless ya, tapi ada kepuasan sendiri, walaupun gagal. Hasilnya aku bisa intropeksi diri, aku kurangnya ternyat ini itu tanpa harus mencari kambing hitam atas kesalahan sendiri, dengan begitu maka yang aku dapatkan adalah...... Memang benar aku merasa menjadi manusia yang kuat. Sebut saja, aku mengikuti lumayan banyak organisasi dan menjadi co-founder dalam suatu komunitas.
Komunitas yang aku giatkan bersama teman-teman ku yaitu Palembang Social Project, tidak berhenti sampai disitu, kami mulai menjajakkan kaki ke kota-kota lainnya sekarang. InsyaAllah semua berjalan lancar. Selain itu, aku memegang amanah menjadi bendahara umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (IMS) di jurusan ku, dan juga asisten Laboratorium. Aku juga merupakan salah satu pengajar muda di Unsri Mengajar, pernah ikut UKM riset tapi aku gagal karena sering tidak datang dan seleksi alam lah hehe. Komunitas lain yang aku jalani yaitu Akademi Berbagi Palembang, dan alhamdulilah sekarang aku seorang jurnalistik di salah satu media cetak di Kota Palembang.
Dan memang hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Dengan berbagai amanah organisasi yang aku jalani, tidak membuat aku patah semangat, aku tetap bisa menjaga prestasi belajarku dan untuk essai-essai yang telah gagal, aku mendapatkan ganti yang lebih baik. Menjadi delegasi untuk mengikuti kegiatan parum param udayana di Bali. Dari apa-apa yang telah aku jalani, aku selalu berpegang bahwa kegagalan tidak akan pernah menghancurkan mimpi-mimpi yang sedang aku rajut. Jika gagal “TIDAK APA-APA”. Dan untuk apa-apa yang telah aku dapat, aku berharap tetap menjadi seperti ini, seorang hamba, hanya hamba yang tidak luput dari salah dan berpangku pada Tuhan. Dan apa-apa yang belum aku dapatkan, semoga Tuhan mendengarkan mimpi-mimpi yang aku tulis di dinding kamar yang tertempel pada steroform biru ini.
Untuk teman-teman yang mungkin membaca tulisan ini, jangan pernah menyerah, jangan pernah takut. Gagal “tidak apa-apa”, percayalah apa yang sudah ditakdirkan untuk kamu, pasti akan menjadi milikmu. Percayalah Tuhan tidak tidur, tuliskan semua mimpi-mimpi mu itu, sampai semua orang yang menertawakan mu memberi selamat atas kesuksesanmu.
Demikianlah tulisan dari Tiara Ayu Oktaviani. Semoga tulisan ini mampu memberikan hikmah dan mafaat dari segenap pembaca semuanya. Baca Juga Artikel Lainnya;
Baca Juga Artikel Lainnya;
Kompetisi 2024
Gagal SNMPTN, Lomba, Beasiswa. Tidak Apa-Apa!
Menjadi seorang mahasiswi di sebuah Universitas ternama di kota pempek yaitu Universitas Sriwijaya, merupakan suatu kebanggaan. Iya, aku tinggal dan dibesarkan di Palembang, tempat dimana Jembatan Ampera diatas Sungai Musi. Dan sekarang aku memasuki semester 7, Jurusan Teknik Sipil. Untuk ukuran gadis teknik aku cukup tangguh, karena bisa survive sampai sejauh ini.
Kilas balik kehidupanku sebelum sampai pada saat sekarang. Dulu, bermimpi pun aku tak pernah untuk menjadi anak teknik sipil. Walaupun, sebenarnya aku sangat menyukai pelajaran berhitung semasa sekolah menengah atas, tetapi sejak kecil aku selalu bercita-cita menjadi seorang dokter. Cita-cita sejuta umat ya.
Hal itu mungkin juga dipicu dengan ibu ku yang seorang dokter, sehingga memotivasi diri ini untuk menjadi seperti beliau juga. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Apapun yang kujalani sekarang, aku percaya Tuhan punya rencana yang sangat indah nantinya, termasuk saat aku mengalami banyak kegagalan.
Gagal SNMPTN, Lomba, Beasiswa
Kata gagal mungkin sudah menjadi separuh bagian dalam hidupku. Mulai dari gagal lulus SNMPTN kedokteran sampai gagal mengikuti lomba yang telah menghabiskan uang jajan ku bahkan gagal mengikuti tes beasiswa berkali-kali dan lainnya.
Baca Juga: Gagal SBMPTN Sampai Akhirnya LOLOS PTN 2016 [Inspirasi]
Menghadapi kegagalan tersebut, selayaknya seorang manusia, aku sempat terpuruk, menganggap dunia ini seakan-akan telah hancur, mensugestikan bahwa diri ini tidak berguna dan sebagainya. Merasakan sempat jatuh, terkadang ada perasaan malu didalamnya. Tapi, aku tidak sendiri, setelah aku mencoba untuk bangkit dan berpikir positif ternyata kebaikan-kebaikan itu pun datang.
Seperti saat aku tidak lulus SNMPTN, dan waktu itu semua teman-teman ku lulus, membuat aku semakin sedih dan sangat sangat malu, karena sebenarnya nilai-nilai ku tidak terlalu buruk dan semasa SMA aku selalu juara kelas, sempat marah pada Tuhan, sempat bertanya “Ya Tuhan salah aku apa ya?”. Selepas aku menangis sejadi-jadinya, ternyata teman-teman ku menelpon satu persatu datang memberi kekuatan, aku pikir itu adalah hal wajar. Sampai saat aku masuk untuk persiapan bimbel, sedih rasanya harus belajar dengan kondisi kelas yang pastinya sepi. Tetapi, saat aku masuk kelas, betapa aku terkejut, teman-teman ku yang telah lulus SNMPTN, tetap datang ke tempat bimbel. Disitu aku sangat bingung, kenapa mereka harus capek-capek ikut bimbel, padahal sudah jelas diterima di universitas yang mereka inginkan. Ternyata, mereka sengaja untuk datang dan menemani aku sampai akhirnya aku mengikuti SBMPTN. Disana aku merasakan nilai positifnya, Tuhan memang punya rencana yang indah dan memberikan orang-orang yang terindah dalam hidupku.
Tidak sampai disitu, ternyata gagal itu terus menerus datang. Tetapi berbeda kondisinya. Semasa kuliah, aku pernah gagal dalam mengikuti tes beasiswa. Banyak beasiswa yang pernah aku ikuti, mulai dari Djarum, Pertamina, dan bahkan beasiswa dalam kampus yaitu beasiswa PPA pun aku gagal. Nilai ku tidak terlalu buruk, indeks prestasi ku juga selalu cumlaude, organisasi ku berjalan tanpa ada kendala, dan aku tidak tau apa yang membuat aku gagal. “Tidak apa-apa” itu kalimat yang pernah aku ucapkan saat mengetahui kegagalan tersebut. Tidak hanya itu, aku pernah gagal berkali-kali dalam mengikuti lomba essai. Dan untuk mengikuti lomba tersebut aku bahkan menyisihkan uang jajan ku, tetapi gagal ya tetaplah gagal. “Tidak apa-apa”.
Wah. Banyak banget ternyata kegagalan yang aku alami haha. Baru sadar saat menuliskannya seperti ini, tetapi ini mengasyikkan. Menghadapi kegagalan demi kegagalan, membuat aku mampu menarik kesimpulan bahwa Tuhan ingin aku semakin bermesraan dengan Nya, memohon doa disetiap tangisku membuat aku harus curhat dan mengadu. Selain itu, memotivasi diri dan pastinya semakin menjadi manusia yang kuat, ga cengeng, lebih sayang orang tua lebih sayang keluarga dan teman (ini serius) ga tau kenapa kalo gagal itu butuh orang yang bener-bener ngertiin kita buat dicurhatin selain Tuhan dan tau ga sih merasakan atmosfir berjuangnya itu yang paling menyenangkan, kedengerannya useless ya, tapi ada kepuasan sendiri, walaupun gagal. Hasilnya aku bisa intropeksi diri, aku kurangnya ternyat ini itu tanpa harus mencari kambing hitam atas kesalahan sendiri, dengan begitu maka yang aku dapatkan adalah...... Memang benar aku merasa menjadi manusia yang kuat. Sebut saja, aku mengikuti lumayan banyak organisasi dan menjadi co-founder dalam suatu komunitas.
Komunitas yang aku giatkan bersama teman-teman ku yaitu Palembang Social Project, tidak berhenti sampai disitu, kami mulai menjajakkan kaki ke kota-kota lainnya sekarang. InsyaAllah semua berjalan lancar. Selain itu, aku memegang amanah menjadi bendahara umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (IMS) di jurusan ku, dan juga asisten Laboratorium. Aku juga merupakan salah satu pengajar muda di Unsri Mengajar, pernah ikut UKM riset tapi aku gagal karena sering tidak datang dan seleksi alam lah hehe. Komunitas lain yang aku jalani yaitu Akademi Berbagi Palembang, dan alhamdulilah sekarang aku seorang jurnalistik di salah satu media cetak di Kota Palembang.
Dan memang hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Dengan berbagai amanah organisasi yang aku jalani, tidak membuat aku patah semangat, aku tetap bisa menjaga prestasi belajarku dan untuk essai-essai yang telah gagal, aku mendapatkan ganti yang lebih baik. Menjadi delegasi untuk mengikuti kegiatan parum param udayana di Bali. Dari apa-apa yang telah aku jalani, aku selalu berpegang bahwa kegagalan tidak akan pernah menghancurkan mimpi-mimpi yang sedang aku rajut. Jika gagal “TIDAK APA-APA”. Dan untuk apa-apa yang telah aku dapat, aku berharap tetap menjadi seperti ini, seorang hamba, hanya hamba yang tidak luput dari salah dan berpangku pada Tuhan. Dan apa-apa yang belum aku dapatkan, semoga Tuhan mendengarkan mimpi-mimpi yang aku tulis di dinding kamar yang tertempel pada steroform biru ini.
Untuk teman-teman yang mungkin membaca tulisan ini, jangan pernah menyerah, jangan pernah takut. Gagal “tidak apa-apa”, percayalah apa yang sudah ditakdirkan untuk kamu, pasti akan menjadi milikmu. Percayalah Tuhan tidak tidur, tuliskan semua mimpi-mimpi mu itu, sampai semua orang yang menertawakan mu memberi selamat atas kesuksesanmu.
Demikianlah tulisan dari Tiara Ayu Oktaviani. Semoga tulisan ini mampu memberikan hikmah dan mafaat dari segenap pembaca semuanya. Baca Juga Artikel Lainnya;
Baca Juga Artikel Lainnya;
0 Response to "Gagal SNMPTN, Lomba, Beasiswa. Tidak Apa-Apa!"
Posting Komentar